Selasa, 24 Februari 2009

GAYA BELAJAR

BAB I

PENDAHULUAN

Oleh: Ujang Nurjaman

A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses perubahan baik prilaku, pengetahuan dan budaya. Hal ini terkait dengan bagaimana proses interaksi terjalin dengan efektif, saat guru koofratif dengan peserta didik yaitu tidak membeda-bedakan perlakuan. Disamping guru harus bersikap arif, bijaksana dan penuh kasih sayang sebagai landasan dalam mentranformasikan ilmu pengetahuan, sikap dan budaya, bahkan guru dituntut untuk senantiasa mengetahui karakteristik peserta didik di antaranya;

Pertama Baground hight quality personality (latar belakang kualitas perseorangan). Latar belakang inilah yang kemudian peerta didik mempunyai gaya belajar masing-masiang misalnya; 40 jumlah peserta didik pasti memiliki gaya belajar yang berbeda-beda sesuai dengan bakat dan prilaku yang dibawanya.

Kedua Sosial budaya yaitu peranan dan status seseorang tentunya memiliki status social yang heterogen pula seperti halnya; latar belakang keluarga yang termasuk golongan High Class (tinggi), middle class (menengah) dan Law class (umum)

Ketiga Psikologi yaitu factor kejiwaan masing-masing individu tentu mempunyai karakteristi yang berbeda-beda pula dilihat dari segi motivasi, kreativitas dan kemampuan masing-masing peserta didik.

Keempat Antropologi yaitu dilahat dari struktur dan fisik seseorang memiliki cirri khas yang berbeda-beda pula

Keempat factor inilah, gaya belajar peserta didik bersifat heterogen, oleh karena itulah guru harus mampu memahami atas kondisi tersebut di atas sehingga kita dituntut untuk mampu mempersiapkan dan menciptakan suasana yang kondusif dam proses interaksi belajar mengajar.

Salah satu pakar dibidang komunikasi menawarkan konsep gaya seseoarang ini dipengaruhi oleh dua factor Rahmat, J. (1998) Pengantar Psikologi Komunikasi Intra Personal. Bandung: Rosda Karya. Yaitu:

1. Herediter (keturunan) ialah gaya belajar seseorang ditentukan pula oleh factor keturunan sebab factor genetic dapat berpengaruh terhadap keturunan.

2. Lingkungan, yaitu factor yang disebabkan oleh keluarga dan masyarakat.

Kedua factor tersebut, tidak dapat dihilangkan dari gejala yang akan tumbuh pada peserta didik.

B. Rumusan masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat diambil suatu masalah yang relevan dalam proses interaksi belajar mengajar yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan gaya belajar?.

2. Bagaimana tipe belajar, gaya belajar, gaya belajar efektif, kecenderungan dalam proses pembelajaran dan ketiga gaya belajar dengan karakteristiknya dapat aplikasikan?

3. Bagaimana model pembelaran pada masing-masing type gaya belajar dan karakteristiknya dapat diimplementasikan dalam proses interkasi belajar mengaja ?.

C. Prosedur pemecahan masalah

Dari hasil uraian di atas, dapat dijelaskan melalui prosedur pemecahan masalah berikut ini, yaitu:

1. Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan gaya belajar.

2. Mendeskripsikan tentang tipe belajar, gaya belajar, gaya belajar efektif, kecenderungan dalam proses pembelajaran dan ketiga gaya belajar dengan karakteristiknya.

3. Mengembangkan model pembelaran pada masing-masing type gaya belajar dan karakteristiknya dapat diimplementasikan dalam proses interkasi belajar mengajar.

4. Sistematika penulisan

Sistematikan penulisan ini, disusun sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

A. Latar bealakang masalah

B. Rumusan masalah

C. Prosedur pemecahan masalah

D. Sistematika penulisan

BAB II Gaya Belajar Peserta didik

A. Definisi

B. Type Balajar

1. Tipe diperger

2. Tipe converger

3. Tipe assimilator

4. Tipe accomodator

C. Gaya belajar efektif

1. Belajar dengan kata-kata

2. Belajar dengan pertanyaan

3. Belajar dengan gambar

4. Belajar dengan musik

5. Belajar dengan bergerak

6. Belajar dengan bersosialisasi

7. Belajar dengan kesendirian

D. Kecenderungan peserta didik dalam proses pembelajaran

1. Kutub perasaan

2. Kutub pemikiran

3. Kutub pengamatan

4. Kutub tindakan

E. Karakteristik tiga gaya belajar

1. Karakteristik auditorial

2. Karakteristik visual

3. Karakteristik kinestetik

F. Landasan pembelajaran

G. Prinsip pengajaran

H. Pendekatan

I. Organisasi materi

J. Organsiasi siswa

K. Desain

L. Model

BAB III Kesimpulan dan saran

A. Kesimpulan

B. Saran

BAB II

GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK

A. Definisi

Masih menjadi pertanyaan, bagaimana mengetahui kecenderungan kecerdasan seseorang yang mana akan terlihat gaya belajar tersebut? Jawabannya adalah dengan alat riset yang bernama Multiple Intelligence Research (MIR). Apabila seseorang diriset dengan MIR, maka akan terbaca kecenderungan kecerdasan dan gaya belajarnya, mulai dari skala tertinggi sampai terendah.

Hasil MIR ini merupakan data yang sangat penting untuk diketahui oleh guru dan siswanya, rumus ajaib: JIKA GAYA MENGAJAR GURU = GAYA BELAJAR SISWA, MAKA TIDAK ADA PELAJARAN YANG SULIT

B. Type Belajar

Tipe belajar ini, diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu:

1. Tipe converger

Anak yang memiliki tipe ini belajar melalui proses Konseptualisasi Abstrak (berpikir) dan Eksperimentasi (berbuat). Artinya, dengan kecenderungan ini gaya belajar peserta didik lebih didominasi oleh intelek (pemikiran) dan perbuatan mencoba-coba (dengan pengalaman praktis). Dengan demikian peserta didik menghindari pengajaran yang semata-mata teoritis. Hal teoritis dan praktis harus berjalan seimbang. Gaya semacam ini umumnya mendominasi hidup teknokrat.

2. Tipe diverger

Pada tipe diverger, anak belajar melalui Pengalaman-pengalaman Kongkret (perasaan) dan Observasi Reflektif (pengamatan). Dengan tipe ini peserta didik lebih didominasi oleh intuisi, perasaan, dan sensitivitas. Ia mengamati contoh yang didemonstrasikan oleh guru dan menyimak hal-hal yang erat kaitannya dengan emosi seperti keindahan gerak dan suasana. Banyak seniman memiliki kecenderungan belajar seperti ini.

3. Tipe assimilator

Anak bertipe assimilator ini belajar melalui Konseptualisasi Abstrak (kuat dalam berpikir) dengan Observasi Reflektif (pengamatan). Peserta didik dengan gaya belajar ini cenderung bersifat teoritis, enggan berbuat. Ia berorientasi kepada buku- buku bacaan dan contoh-contoh. Dari situ ia membangun teori atau keyakinan gaya. Pada umumnya teorisi dan para filsuf (pemikir) berkembang dengan tipe belajar demikian.

4. Tipe accomodator

Pada tipe ini anak belajar melalui Pengalaman Kongkret (perasaan) dan Eksperimentasi Aktif (berbuat). Peserta didik dengan kecenderungan belajar ini lebih didominasi oleh situasi dan hal-hal praktis. Intuisi dan tindakan praktis sangat diutamakan. Ia tak merasakan perlunya teori-teori yang berorientasi kepada buku sumber saja. Baginya pengalaman dan perbuatan aktif di lapangan adalah guru yang terbaik.

C. GAYA BELAJAR EFEKTIF

Setiap orang pasti mempunyai cara atau gaya belajar yang berbeda-beda. Banyak gaya yang bisa dipilih untuk belajar secara efektif. Nah, artikel berikut menjelaskan tujuh gaya belajar yang mungkin beberapa diantaranya bisa di terapkan pada anak didik kita :

1. Belajar dengan kata-kata.

Gaya ini bisa kita mulai dengan mengajak seorang teman yang senang bermain dengan bahasa, seperti bercerita dan membaca serta menulis. Gaya belajar ini sangat menyenangkan karena bisa membantu kita mengingat nama, tempat, tanggal, dan hal-hal lainya dengan cara mendengar kemudian menyebutkannya.

2. Belajar dengan pertanyaan.

Bagi sebagian orang, belajar makin efektif dan bermanfaat bila itu dilakukan dengan cara bermian dengan pertanyaan. Misalnya, kita memancing keinginan tahuan dengan berbagai pertanyaan. Setiap kali muncul jawaban, kejar dengan pertanyaan, hingga didapatkan hasil akhir atau kesimpulan.

3. Belajar dengan gambar.

Ada sebagian orang yang lebih suka belajar dengan membuat gambar, merancang, melihat gambar, slide, video atau film. Orang yang memiliki kegemaran ini, biasa memiliki kepekaan tertentu dalam menangkap gambar atau warna, peka dalam membuat perubahan, merangkai dan membaca kartu.

4. Belajar dengan musik.

Detak irama, nyanyian, dan mungkin memainkan salah satu instrumen musik, atau selalu mendengarkan musik. Ada banyak orang yang suka mengingat beragam informasi dengan cara mengingat notasi atau melodi musik. Ini yang disebut sebagai ritme hidup. Mereka berusaha mendapatkan informasi terbaru mengenai beragam hal dengan cara mengingat musik atau notasinya yang kemudian bisa membuatnya mencari informasi yang berkaitan dengan itu. Misalnya mendegarkan musik jazz, lalu tergeliik bagaimana lagu itu dibuat, siapa yang membuat, dimana, dan pada saat seperti apa lagu itu muncul. Informasi yang mengiringi lagu itu, bisa saja tak sebatas cerita tentang musik, tapi juga manusia, teknologi, dan situasi sosial politik pada kurun waktu tertentu.

5. Belajar dengan bergerak.

Gerak manusia, menyentuh sambil berbicara dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan gagasan adalah salah satu cara belajar yang menyenangkan. Mereka yang biasanya mudah memahami atau menyerap informasi dengan cara ini adalah kalangan penari, olahragawan. Jadi jika Anda termasuk kelompok yang aktif, tak salah mencoba belajar sambil tetap melakukan beragam aktivitas menyenangkan seperti menari atau berolahraga.

6. Belajar dengan bersosialisasi.

Bergabung dan membaur dengan orang lain adalah cara terbaik mendapat informasi dan belajar secara cepat. Dengan berkumpul, kita bisa menyerap berbagai informasi terbaru secara cepat dan mudah memahaminya. Dan biasanya, informasi yang didapat dengan cara ini, akan lebih lama terekam dalam ingatan.

7. Belajar dengan Kesendirian.

Ada sebagian orang yang gemar melakukan segala sesuatunya, termasuk belajar dengan menyepi. Untuk mereka yang seperti ini, biasanya suka tempat yang tenang dan ruang yang terjaga privasinya. Jika Anda termasuk yang seperti ini, maka memiliki kamar pribadi akan sangat membantu Anda bisa belajar secara mandiri.

D. Kecenderungan peserta didik dalam proses belajar mengajar

David Kolb mengemukakan adanya empat kutub (a-d) kecenderungan seseorang dalam proses belajar, kutub-kutub tersebut antara lain:

1. Kutub Perasaan/FEELING (Concrete Experience)

Anak belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman kongkret, lebih mementingkan relasi dengan sesama dan sensitivitas terhadap perasaan orang lain. Dalam proses belajar, anak cenderung lebih terbuka dan mampu beradaptasi terhadap perubahan yang dihadapinya.

2. Kutub Pemikiran/THINKING (Abstract Conceptualization)

Anak belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dari ide-ide, perencanaan sistematis, dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi. Dalam proses belajar, anak akan mengandalkan perencanaan sistematis serta mengembangkan teori dan ide untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

3. Kutub Pengamatan/WATCHING (Reflective Observation)

belajar melalui pengamatan, penekanannya mengamati sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perspektif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati. Dalam proses belajar, anak akan menggunakan pikiran dan perasaannya untuk membentuk opini/pendapat.

4. Kutub Tindakan/DOING (Active Experimentation)

Anak belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan mempengaruhi orang lain lewat perbuatannya. Dalam proses belajar, anak akan menghargai keberhasilannya dalam menyelesaikan pekerjaan, pengaruhnya pada orang lain, dan prestasinya.

E. KARAKTERISTIK TIGA GAYA BELAJAR "Auditory, Visual, & Kinesthetic Learner"

Ani, Vivi, dan Teddy adalah 3 anak SM yang rajin dan aktif. Namun Kak Soni, guru SM mereka sering merasa kesulitan untuk menyampaikan bahan pengajaran pada ketiganya. Saat menggunakan teknik bercerita dan diskusi, Ani dengan mudah menangkap materi yang diajarkan, sementara Vivi tampak acuh dan Teddy menguap karena bosan. Saat menggunakan alat peraga gambar, ganti Ani yang kurang semangat sementara Vivi dengan antusias mengikuti, sedang Teddy tampak biasa-biasa saja. Namun, saat Kak Soni mengajak mereka mengerjakan prakarya, Teddy begitu bersemangat, sementara Ani dan Vivi ogah-ogahan mengikuti. Setelah berbulan-bulan mengamati, barulah Kak Soni melihat bahwa ada perbedaan Gaya Belajar dari ketiga anak itu.

1. AUDITORY LEARNER

Ani adalah seorang anak yang memanfaatkan kemampuan "pendengarannya" sebagai cara belajar yang disukainya (Auditory Learner). Beberapa ciri anak Auditory Learner antara lain:

a) Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok atau kelas.

b) Mengenal banyak sekali lagu/iklan TV, dan bahkan dapat menirukannya secara tepat dan komplit.

c) Suka berbicara.

d) Kurang suka tugas membaca (dan pada umumnya bukanlah pembaca yang baik).

e) Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.

f) Kurang baik dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.

g) Kurang memperhatikan hal-hal baru dalam lingkungan sekitarnya, seperti: hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman yang baru, dsb.

2. VISUAL LEARNER

Sementara Vivi, merasa dapat belajar dengan baik bila "penglihatan" mendapat stimuli (Visual Learner). Beberapa karakteristik Visual Learner adalah:

a) Senantiasa melihat bibir guru yang sedang mengajar.

b) Saat petunjuk untuk melakukan sesuatu diberikan, biasanya anak ini akan melihat teman-teman lainnya baru dia sendiri bertindak.

c) Cenderung menggunakan gerakan tubuh (untuk mengekspresikan/ mengganti sebuah kata) saat mengungkapkan sesuatu.

d) Kurang menyukai berbicara di depan kelompok, dan kurang menyukai untuk mendengarkan orang lain.

e) Biasanya tidak dapat mengingat informasi yang diberikan secara lisan.

f) Lebih menyukai peragaan daripada penjelasan lisan.

g) Biasanya anak semacam ini dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut/ramai tanpa merasa terganggu.

3. KINESTHETIC / TACTILE LEARNER

Teddy, yang terlihat jauh lebih aktif dibanding Ani dan Vivi, ternyata adalah seorang anak yang memanfaatkan "fisiknya" sebagai alat belajar yang optimal (Kinesthetic/Tactile Learner). Beberapa karakteristiknya adalah:

a) Suka menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya.

b) Sulit untuk berdiam diri.

c) Suka mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangan.

d) Biasanya memiliki koordinasi tubuh yang baik.

e) Suka menggunakan objek yang nyata sebagai alat bantu belajar.

f) Mempelajari hal-hal yang abstrak (simbol matematika, peta, dsb) bagi anak ini adalah hal yang sangat sulit.

g) Cenderung terlihat "agak tertinggal" dibanding teman sebayanya.

F. Landasan

Landasan merupakan aspek aspek yang mendasari proses pembelajaran. Dalam pembelajaran landasan yang harus menjadi pijakan yaitu :

* Landasan Filosofis

* Landasan Psikologi

* Landasan Sosial Budaya

* Landasan Teknologi

G. Prinsip Pengajaran

* Prinsip Perkembangan

* Prinsip Perbedaan Individu

* Prinsip Minat dan kebutuhan anak

H. Pendekatan

* Pendekatan Konsep dan Proses

Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Sedangkan pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberik kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.

* Pendekatan Deduktif dan Induktif

Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum ke dalam keadaan khusus. Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan khusus menuju keadaan umum.

* Pendekatan Ekspositori dan Heuristik

Pendekatan ekspositori merupakan pendekatan pengajaran yang berpusat pada guru. Dalam pengajaran guru menggunakan model komunikasi satu arah, kegiatan siswa kurang optimal karena sekedar mendengar uraian guru, mencatat dan sekali sekali bertanya pada guru. Guru menyampaikan dalam bentuk lisan atau ceramah. Pendekatan ekspositori disebut juga mengajar secara konvensional seperti metode ceramah maupun demonstrasi. Pendekatan Heuristik merupakan pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut, implementasinya dalam pengajaran menggunakan metode penemuan dan inkuiri. Metode penemuan didasarkan pada anggapan bahwa materi suatu nidang studi tidak saling lepas, tetapi ada kaitan antara materi materi itu.

* Pendekatan Kecerdasan

Pendekatan ini merupakan pengajaran yang dilakukan dengan sebelumnya mengidentifikasi kecerdasan siswa sehingga guru dapat menolong kesulitan belajarnya. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan sendiri dilakukan dengan bantuan ahli psikologi.

* Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.pendekatan kontekstual sendiri dilakukan dengan melibatkan komponen komponen pembelajaran yang efektif yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, penilaian sebenarnya.

I. Organisasi Materi

Pengorganisasian materi belajar dapat dilakukan dengan cara yang bermacam macam. Dalam Oliva (1992; 420) dijelaskan sebagai berikut:

a) Unit Plan biasa disebut dengan pengajaran unit atau unit yang berarti organisasi komponen instruksional untuk pengajaran suatu topik atau tema. Plan unit pada awalnya mencakup periode waktu dari beberapa hari hingga beberapa minggu. Penulisan unit dan rencana pengajaran harian merupakan kompetensi pokok yang harus ditemukan institusi pendidikan guru untuk mengembangkan guru dengan preservice.

b) Lesson Plan; Lesson plan ini menggambarkan latihan individual. Lesson plan pada dasarnya merupakan penyederhanaan garis besar yang disiapkan untuk menyiapkan secara istimewa sehingga perserta dan yang lain sehingga waktu yang berharga.

J. Organisasi Siswa

Organisasi siswa dalam pembelajaran adalah dalam Oliva (1992; 428) disebutkan terdiri dari dua yaitu individual dan group instruction :

a) Individual Instruction

Pembelajaran individual merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan masing masing individual. Dalam Charles (1980) Individualized instruction muncul pada sekitar tahun 1976. Pembelajaran individual / individualized instruction merupakan suatu pendekatan dimana dilakukan usaha untuk mengidentifikasi perbedaan dan karakteristik siswa dalam hal learning style dan untuk mengatur metode pengajaran dan material untuk gaya belajar tersebut. Tujuan individualizing instruction ini adalah untuk menyediakan/ memberikan untuk semua siswa pengalaman dan sumber yang dibutuhkan untuk bekerja paling baik sesuai kemampuan pada tugas yang menarik mereka dan bila mereka dapat sukses pada tingkat kemajuan mereka sendiri.

b) Group Instruction

Merupakan pembelajaran yang dilakukan untuk suatu kelompok siswa. Setiap siswa diajarkan dengan menggunakan metoda, isi, media dan cara yang sama dalam pengajaran suatu materi. Kelompok siswa ini disatukan dalam suatu ruang kelas.

K. Desain

Desain merupakan suatu proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain ialah untuk menciptakan strategi dan produk baik pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum dan pada tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul. Dalam desain ini terdapat beberapa hal yang penting yaitu berkaitan dengan :

* Desain sistem instruksional

Merupakan suatu rancangan yang sitematis terhadap komponen komponen pembelajaran. Dalam desain sistem instruksional ini terdapat beberapa model antara lain : model Briggs, model Banathy, model Dick and Carey, model Jerrold/Kemp, model Gerlach and Ely, dan model PPSI. Model yang dikembangkan oleh Briggs ini berorientasi pada rancangan sistem dengan sasaran guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembang instruksional yang susunan anggotanya meliputi guru, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media, dan perancang instruksional. merupakan

F Model Banathy pengembangan sistem instruksional yang dibedakan dalam enam langkah, yaitu : Merumuskan tujuan (formulate Objectives), mengembangkan tes (develop test), menganalisis kegiatan belajar (analyze learning task), mendesain system instruksional (design System melaksanakan kegiatan dan mengetes hasil (implement and test output), mengadakan perbaikan (change to improve).

F Model Dick and Carey. Menurut Dick and Carey dalam pengembangan desain instruksional tidak hanya perancang yang bisa menentukan apa yang akan diajarkan kepada siswa, akan tetapi guru sebagai orang yang akan menyampaikan informasi patut terlibat dalam menganalisis karakteristik siswa. Tahapan-tahapan perancangan menurut Dick and Carey meliputi : Identify Instructional Goals, conduct Instructonal Analysis, Identify Entry Behaviors, characteristic, Write Performance Objectives, Develop Criterion Reference Tes item, Develop Instructional Strateg, Develop and Select instructional Materials, Design and conduct Formative Evalation, Revise,Design and conduct Sumatif Evalation and Revise overall.

F Model Jerold/Kemp. Model instructional design yang dikembangkan oleh Jerold/Kemp adalah model desain instruksional yang tidak menentukan tahapan-tahapan/urutan-urutan mana yang harus dikembangkan terlebih dahulu, karena setiap komponen yang telah dikembangkan dilakukan revisi untuk penyempurnaan rancangan, namun demikian setiap komponen ini saling berhubungan satu sama lain. Komponen-komponen yang dikembangkan oleh Jerold and Kemp menentukan tujuan umum, yaitu menentukan tujuan yang ingin dicapai pada masing-masing pelajaran, analisis karakteristik siswa, yaitu untuk mengetahui latar belakang pendidikan, social, ekonomi, serta untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki oleh siswa, menentukan tujuan khusus, yang dibuat secara spesifik, operasional, dan terukur, menentukan bahan/materi yang disesuaikan dengan tujuan, menntukan penilaian awal (pre-assesment), menentukan strategi belajar mengajar, menentukan sumber-sumber belajar utama dan penunjang, mengadakan evaluasi formatif, evaluasi sumatif

F Model Gerlach and Ely. Model yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan system instruksional menurut model ini melibatkan sepuluh unsur : merumuskan tujuan, menentukan isi materi, menurut kemampuan awal, menentukan teknik dan strategi, pengelompokkan belajar, menentukan pembagian wantu, menentukan ruang, memilih media insrtuksional yang sesuai, mengevaluasi hasil belajar, menganalisis umpan balik

F Model PPSI adalah model system instruksional yang menggunakan pendekatan sistem, yaitu satu kesatuan yang terorganisasi, yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.

Langkah-langkah yang dikembangkan oleh PPSI meliputi lima tahapan , yaitu

1. Menentukan tujuan, tujuan disusun secara operasional, berbentuk hasil belajar, hanya ada satu tingkah laku

2. Pengembangan alat evaluasi, menentukan jenis tes, menyusun item soal untuk menilai setiap tujuan.

3. Kegiatan belajar mengajar, menetapkan kegiatan belajar yang akan ditempuh.

4. Pengembangan program, merumuskan materi, menetapkan metode, memilih media, membuat jadwal.

5. Pelaksanaan, sebelum kegiatan dimulai dilakukan tes awal.

* Desain Pesan

Desain pesan meliputi perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan. Desain pesan berkaitan dengan tingkat paling mikro melalui unit-unit kecil seperti bahan visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah. Karakteristik lain dari desain pesan ialah bahwa desain harus bersifat spesifik baik terhadap medianya mapun tugas belajarnya. Hal ini mengandung arti bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda tergantung pada apakah medianya bersifat statis, dinamis atau kombinasi dari keduanya (misalnya, suatu potret, film, atau graft komputer). Juga apakah tugas tersebut meliputi pembentukan konsep atau sikap, pengembangan keterampilam atau strategi belajar, atau hafalan

* Desain Strategi

Strategi Pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pelajaran. Terdapat 3 hal pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar yaitu tahapan mengajar, penggunaan model atau pendekatan mengajar, penggunaan prinsip mengajar. Tahapan mengajar mencakup :

Tahap Prainstruksional : merupakan tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar mengajar. Tujuannya adalah mengungkap kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan pelajaran hari itu.

Tahap Instruksional merupakan tahap pengajaran atau tahap inti yaitu tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya.

Tahap penilaian dan tindak lanjut. Tujuan tahapan ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tahapan kedua.

* Karakteristik siswa

Karakteristik pebelajar adalah segi-segi latar belakang pengalaman pebelajar yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya.

L. Model Pembelajaran

Dalam Oliva (1992;375) disebutkan model instruksional mencakup dua fase yaitu :

v Perencanaan

Dalam fase perencanaan sendiri terdiri dari tahapan identifikasi tujuan umum instruksional (goals), spesifikasi tujuan khusus instruksional (objectives), penentuan strategi instruksional dan preliminary dan perencanaan akhir yaitu evaluasi terhadap instruksional yang dilakukan.

Dari sumber yang digunakan strategi instruksional dapat dibedakan menjadi tujuan sebagai sumber, subject matter sebagai sumber, siswa sebagai sumber, masyarakat sebagai sumber dan guru sebagai sumber.

v Operasional

Dalam fase operasional terdiri dari implementasi atau penyampaian instruksional dan evaluasi terhadap instruksional.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Hasil MIR ini merupakan data yang sangat penting untuk diketahui oleh guru dan siswanya, rumus ajaib JIKA GAYA MENGAJAR GURU = GAYA BELAJAR SISWA, MAKA TIDAK ADA PELAJARAN YANG SULIT

Gaya belajar merupakan suatu karakter yang dimiliki oleh masing-masing individu. Karakteristik gaya belajar memiliki 3 gaya yaitu; auditorial, visual dan kinestetik, ketiga gaya inilah menjadi suatu cerminan yang diterpakan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga gaya tersebut dapat menimbulkan suatu kecenderungan seseorang dalam proses pembelajaran. David Colb menawarkan konsepnya yaitu: alam perasaan, pemikiran, pengamatan dan tindakan.

A. Type Balajar

1. Tipe diperger

2. Tipe converger

3. Tipe assimilator

4. Tipe accomodator

B. Gaya belajar efektif

1. Belajar dengan kata-kata

2. Belajar dengan pertanyaan

3. Belajar dengan gambar

4. Belajar dengan musik

5. Belajar dengan bergerak

6. Belajar dengan bersosialisasi

7. Belajar dengan kesendirian

C. Kecenderungan peserta didik dalam proses pembelajaran

1. Kutub perasaan

2. Kutub pemikiran

3. Kutub pengamatan

4. Kutub tindakan

D. Karakteristik tiga gaya belajar

1. Karakteristik auditorial

2. Karakteristik visual

3. Karakteristik kinestetik

E. Landasan pembelajaran

F. Prinsip pengajaran

G. Pendekatan

H. Organisasi materi

I. Organsiasi siswa

J. Desain

K. Model pembelajaran

B. Saran

Uaraian makalah ini penulis memberikan sautu kesan tersendiri, ketika teori gaya belajar tersebut, dapat diimplementasikan dalam proses pembalajaran, tentunya para pendidik senantiasa memperhatikan hal-hal berikuti ini:

1. Para pendidik senantiasa memperhatikan karakteristik gaya belajar sebab dari jumlah 20 peserta didik pasti memiliki 20 gaya belajar yang berbeda-beda. Jelasnya pendidikan harus melakukan pendekatan harminis.

2. Pendidik senantiasa menerapkan gaya belajar dalam pembelajaran agar tercapai pembelajaran efektif efisien.

3. Pendidik senantiasa mengembangkan model pembelajaran yang relevan dengan karateristik pembelajaran yang mutakhir.

Demikian, makalah ini dibuat, mudah-mudahan menjadi suatu inspiarasi dan inovasi terbaru dalam mengembangkan model pemebelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Entwistle, Noel. (1980). Styles of Learning and Teaching. New York. John Willy & Son.

Fokus CM 31, (2008). Mengenal Tipe Gaya Belajar. Jakarta: Wikipedia [Online]. Tersedia http://lead.sabda.org/mengenal_tipe_gaya_belajar_0. [16 Sepember 208].

Gagne, Robert, M. (1992). Principle of Intructio. San Diego. Harcout Baree Jovanovic College Publishers. ISBN 0-03-034757-2.

Mulyani dan Syaodih, N. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nasution, S. (1984). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

Rahmat, J. (1998). Psikologi Komunikasi Intra Personal. Bandung: Rosda Karya.

Wignyo, A. (2000). Style Learning. Jakarta: Blogsome [Online]. http://agussuwignyo.blogsome.com/2007/09/17/artikel-artikel-teaching-and-learning-styles/. [18 September 2008].